Senin, 26 Januari 2009

PIDATO OBAMA SAAT PELANTIKAN

Teman-teman, Hari ini, saya berdiri di sini, siap menghadapi tugas-tugas yang menghadang, bersyukur atas kepercayaan yang Anda berikan, menghargai pengorbanan para pendahulu kita. Saya berterima kasih kepada Presiden Bush karena sudah menuntaskan pengabdiannya pada negara, juga atas kemurahan dan kerja samanya selama masa transisi.

Sekarang, genap sudah empat puluh empat warga Amerika yang mengikrarkan sumpah kepresidenan. Janji sudah diucapkan di tengah meningkatnya kemakmuran dan terperliharanya perdamaian. Meskipun, sering kali pengambilan sumpah terjadi saat awan berarak-arak dan badai mengancam. Sampai saat ini, Amerika masih mampu bertahan bukan semata-mata karena kemampuan atau visi mereka yang menduduki jabatan penting, tapi lebih karena kita sebagai rakyat tetap setia pada ideologi para pendiri negara dan memegang teguh dokumen-dokumen fundamental.

Fakta bahwa kita berada di tengah krisis, kini bisa dipahami dengan baik. Bangsa ini sedang menghadapi perang melawan lingkaran kejahatan dan kebencian yang sulit diuraikan. Perekonomian kita benar-benar lumpuh, dampak keserakahan dan tidak bertanggung jawabnya sekelompok kecil orang. Tapi, juga karena kegagalan kita memberikan pilihan-pilihan dan mempersiapkan bangsa ini menyambut era baru. Rumah disita, pekerjaan lepas, bisnis kacau. Jaminan kesehatan pun menjadi sangat mahal; pendidikan tidak terjangkau seluruh kalangan; dan tiap hari semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa gaya konsumsi energi kita kian mempertebal rasa permusuhan dan mengancam keselamatan bumi.

Data dan statistik yang muncul mengindikasikan bahwa kita sedang menghadapi krisis. Satu yang tidak kalah penting tapi sering diabaikan adalah semakin berkurangnya rasa percaya diri di seluruh pelosok negeri - sebuah komplain yang mengandung kekhawatiran bahwa tenggelamnya Amerika tidak terelakkan. Dan, generasi berikutnya juga harus memangkas ekspektasi mereka.

Hari ini, saya tegaskan kepada Anda sekalian bahwa tantangan-tantangan yang kita hadapi itu nyata adanya. Semua itu serius dan majemuk. Semua itu tidak akan bisa diselesaikan dengan mudah dan dalam waktu yang singkat. Tapi, ketahuilah ini Amerika - seluruh tantangan itu akan mampu kita hadapi bersama.

Pada hari ini, kita berkumpul karena kita lebih memilih harapan ketimbang ketakutan dan persamaan kepentingan daripada konflik dan perselisihan.

Pada hari ini, kita datang untuk memproklamasikan berakhirnya keluhan-keluhan yang picik dan janji-janji palsu. Berakhirnya saling tuding dan penerapan dogma-dogma yang tidak perlu, yang sudah terlalu lama mewarnai panggung politik kita.

Negeri ini masih tetap dianggap muda, tapi meminjam istilah Alkitab, sudah tiba masanya untuk menyudahi sifat kekanak-kanakan. Waktunya sudah tiba untuk menyalakan kembali semangat juang kita; untuk memilih sejarah yang lebih baik; untuk tetap memelihara anugerah istimewa, ide-ide yang mulia, yang diturunkan dari generasi ke generasi. Yakni, bahwa Tuhan memandang semua orang sama. Semuanya memiliki hak yang sama untuk menikmati kebebasan dan berhak mengejar kebahagiaan masing-masing.

Menegaskan kembali kebesaran bangsa ini, kita harus benar-benar memahami bahwa keagungan bukanlah sesuatu yang diberikan begitu saja. Itu harus diupayakan. Perjalanan kita bukanlah jalan pintas dan sama sekali tidak mudah. Bukan perjalanan mereka yang suka santai - yang lebih memilih bersenang-senang daripada bekerja atau hanya melulu mengejar kemewahan dan ketenaran. Sebaliknya, mereka yang berani menghadapi risiko, para pelaku, para pembuat keputusan - sebagian masih dikenang sampai sekarang, tapi sebagian besar adalah perempuan dan laki-laki pekerja keras biasa, yang telah menempuh perjalanan jauh dan merintis jalan menuju kemakmuran dan kebebasan.

Demi kita, mereka rela mengemas harta yang tidak seberapa dan bepergian menyeberang samudera dalam mencari kehidupan baru.

Demi kita, mereka rela bekerja keras dan berkeringat dan menetap di Barat; bertahan dalam cambukan dan membajak tanah yang benar-benar keras.

Demi kita, mereka berjuang dan meregang nyawa, di tempat-tempat seperti Concord dan Gettysburg; Normandy dan Khe Sanh.

Perempuan serta laki-laki pejuang itu berusaha keras dan rela berkoban dan tidak berhenti berupaya sampai tangan mereka kasar. Semuanya hanya demi kehidupan yang lebih baik. Mereka memandang Amerika lebih dari sekedar sejumlah individu yang ambisius; lebih dari sekedar perbedaan kelahiran, kekayaan atau faksi.

Itulah perjalanan yang masih harus kita teruskan hari ini. Kita masih tetap bangsa yang paling makmur dan paling berkuasa di bumi. Para pekerja Amerika sama sekali tidak mengendurkan produktivitas mereka saat krisis terjadi. Kita juga masih tetap terus berinovasi, stok barang dan jasa juga masih tetap sama dengan pekan lalu atau bulan lalu atau tahun lalu. Kapasitas dan kemampuan kita tidak tergerus. Tapi, masa berbangga diri karena mampu melindungi sejumlah kepentingan dan mengesampingkan keputusan yang tidak menyenangkan - jelas sudah berlalu. Mulai hari ini, kita harus kembali berdiri tegak, menyingsingkan lengan baju dan mulai kembali bekerja untuk membangkitkan Amerika.

Kemana pun mata memandang, selalu ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Perekonomian menyerukan kepada kita untuk beraksi, lebih berani dan tangkas, dan kita akan segera melakukannya. Tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru, tapi juga meletakkan landasan-landasan yang baru untuk tumbuh. Kita akan membangun jalan-jalan dan jembatan, sambungan listrik, dan jaringan digital yang akan mendukung sektor perdagangan dan menyatukan kita bersama. Kita juga akan mengembalikan sains pada tempat semestinya dan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan menjadikannya lebih murah. Kita akan memanfaatkan tenaga matahari dan angin dan juga tanah dengan maksimal, untuk menggerakkan kendaraan-kendaraan kita dan pabrik yang ada. Dan, kita juga akan meremajakan sekolah dan perguruan dan universitas yang ada supaya bisa memenuhi tuntutan perkembangan zaman. Semua itu bisa kita lakukan. Semua itu akan segera kita lakukan.

Kini, ada beberapa yang mempertanyakan seberapa besar ambisi kita - ada yang menyatakan bahwa sistem kita tidak akan bisa menoleransi terlalu banyak agenda besar. Kenangan mereka sungguh pendek. Mereka tidak bisa lagi mengingat apa saja yang sudah berhasil dilewati bangsa ini; apa yang bisa dicapai perempuan dan laki-laki bebas saat imajinasi dipersatukan dengan tujuan-tujuan yang lazim dan keberanian.

Yang tidak bisa dipahami mereka yang sinis adalah bahwa tanah sudah terbelah diantara mereka - dan bahwa argumen politik yang selama ini diperdebatkan sudah tidak ada lagi. Pertanyaan yang kita lontarkan hari ini adalah apakah pemerintah kita terlalu besar atau terlalu kecil. Apakah program-program yang diterapkan bisa berjalan dengan baik - apakah itu bisa membantu keluarga-keluarga Amerika memperoleh pekerjaan dengan penghasilan layak, bisa mendapatkan layanan kesehatan yang terjangkau dan uang pensiun yang cukup. Jika jawabannya ya, maka kita harus terus maju. Tapi, jika jawabannya tidak, maka program-program itu akan segera dihentikan. Rekan-rekan kita yang menyimpan dolar harus bisa bertanggung jawab atas simpanannya. Mereka harus bisa membelanjakannya dengan bijak, mereformasi kebiasaan buruk, dan menjalankan bisnis dengan transparan - sebab hanya dengan cara demikian kepercayaan yang tulus antara rakyat dan pemerintah terjalin.

Pertanyaan yang ada di hadapan kita bukan tentang dorongan pasar yang mengacu pada kebaikan atau keburukan. Kemampuan pasar untuk memupuk kekayaan dan memperluas kebebasan sudah tidak cocok lagi. Tapi, krisis ini telah mengingatkan kita kembali bahwa tanpa pengawasan yang ketat, pasar bisa memutarbalikkan kendali kita - dan sebuah negara tidak akan bisa makmur dalam jangka waktu lama jika hanya melulu membicarakan tentang kemakmuran. Keberhasilan ekonomi kita selalu bergantung bukan hanya pada ukuran gross domestic product kita, tapi juga pencapaian kemakmuran; kemampuan memperluas kesempatan bagi siapa pun juga - bukan karena amal, tapi karena itu adalah satu-satunya jalan yang paling memungkinkan dalam konteks barang.

Terkait pertahanan, kita menolak kepalsuan dalam mewujudkan keselamatan dan tujuan hidup. Para Bapak Bangsa....bapak-bapak bangsa kita menyusunnya dengan ketakutan yang sangat yang bahkan tidak bisa kita bayangkan, sebuah piagam yang mengatur tentang hukum dan hak-hak kemanusiaan. Sebuah piagam yang masih terus dijadikan pedoman dari generasi ke generasi. Tujuan-tujuan yang tercantum di sana masih tetap menjadi cahaya dunia dan kita tidak akan pernah menyerah. Dan, bagi seluruh masyarakat dan pemerintahan yang menyaksikan peristiwa hari ini, mulai dari ibu kota yang megah sampai ke pelosok dusun tempat ayah saya dilahirkan, tahu bahwa Amerika adalah teman bagi seluruh bangsa, semua perempuan dan laki-laki dan anak-anak yang mengharapkan masa depan penuh kebaikan. Dan, bahwa sekali lagi, kami siap menjadi pemimpin.

Mengenang bahwa generasi-generasi sebelum kita harus berkutat dengan fasisme dan komunisme tidak hanya dengan rudal dan tank, tapi kesetiakawanan dan kepercayaan. Mereka paham, dengan mengandalkan tenaga sendiri, kita tidak bisa terlindungi. Tapi, mereka juga tidak mengajarkan kita untuk bertindak semaunya. Setidaknya, mereka paham bahwa kekuatan kita tumbuh dari semangat kehati-hatian; keamanan tercipta dari keadilan, keteladanan dan juga kualitas mengendalikan sesuatu.

Kita semua adalah pewaris. Sesuai prinsip-prinsip yang ada, kita bisa menghadapi seluruh ancaman tersebut. Tentu saja dengan upaya yang lebih serius dan juga kerjasama lebih luas dengan beberapa negara. Kita akan berusaha keras mengembalikan Iraq ke pangkuan rakyatnya dan mewujudkan perdamaian di Afghanistan. Bersama dengan kawan lama dan mungkin juga musuh bebuyutan, kita akan bekerja tanpa lelah melenyapkan ancaman nuklir dan membahas planet yang makin hangat. Kami juga tidak akan memberikan ampun kepada musuh atau menyerah pada musuh. Mereka yang berusaha keras mencapai tujuannya dengan menyebarkan teror dan juga ancaman, kami akan tegaskan kepada kalian bahwa saat ini semangat kami sudah lebih kuat dan tidak mudah dipatahkan. Kalian tidak akan bisa lagi mempermainkan kami, dan kami akan segera mengalahkan kalian.

(Disarikan dari Associated Press, dikutif dari Jawa Pos 22 Januari 2009)

Sabtu, 24 Januari 2009

Obama, Pilih Domestik atau Israel?

Oleh Jeffrie Geovanie

Di tengah deru mesin perang tentara Israel yang membunuh ratusan warga Palestina, Presiden terpilih Amerika Barack Obama diam seribu bahasa. Sikap diam Obama ini tentu membuat banyak orang bertanya, bagaimana sebenarnya sikap politik Obama terhadap konflik Israel-Hamas di Gaza? Seberapa jauhkah prospek perubahan ke arah perdamaian yang menjadi janji kampanye politik Obama dapat diwujudkan di Timur Tengah?

Sejauh ini, sikap politik Obama masih sulit ditebak. Dia baru resmi menjadi presiden Amerika setelah pelantikan 20 Januari nanti. Di tengah serangan Israel ke Hamas, tim suksesinya lebih memilih jalur diplomasi yang aman. Bahwa, saat ini, menurut tim transisi poitiknya, hanya ada satu presiden Amerika, yakni George W. Bush.

Sikap presiden yang tidak disukai oleh warga dunia dan warganya sendiri itu hanya ada dua: justru membela Israel sambil menebar tuduhan teroris ke Hamas. Tak ada sedikit pun yang dapat kita petik sebagai pelajaran politik dari Bush, yang hanya memproteksi Israel, menebar teror di Timur Tengah, mewarisi perang, dan memorakporandakan ekonomi. Sebaliknya, publik Amerika dan dunia begitu antusias menanti pelantikan presiden terpilih Obama 20 Januari 2009, sambil berharap penuh terjadinya perubahan dalam ekonomi, antiperang, dan politik luar negeri Amerika yang lebih humanis.

Kita percaya, Obama pasti berbeda dengan Bush hampir dalam semua aspek kebijakan kecuali satu hal, yakni sikap pro-Israel. Namun, perlu dicatat, sikap pro-Israel antara Bush dan Obama pasti berbeda tingkatannya. Pada Bush, sikap pro-Israel mutlak, tak dapat ditawar sedikit pun, dan juga spirit anti-Hamas dan dunia Islam. Karena itu, usaha Dewan Keamanan PBB untuk resolusi gencatan senjata gagal karena Amerika mengeluarkan hak vetonya.

Pada Obama, sikap pro-Israel pasti ada dan hal itu tidak unik pada dirinya. Tapi, berbeda dengan Bush, Obama lebih memiliki sensitivitas kemanusiaan secara universal. Dengan tamsil yang manusiawi, Obama pernah berkata bahwa jika anak dan istrinya diserang ketika sedang tidur, maka kewajiban dirinya untuk membela hak hidup dan keselamatan keluarganya.Tapi, masalahnya adalah sejauh ini Obama masih berdiam seribu bahasa ketika publik dunia menunggu komentar politiknya terhadap kebiadaban Israel. Komentar dan pidato Obama yang biasanya inspiratif dan mencerahkan belum dapat kita dengar sedikit pun terkait dengan serangan Israel ini.

Mengapa Obama memilih sikap berdiam ketika sudah lebih dari 500 manusia tewas di Jalur Gaza? Apakah janji perubahan, keadilan, dan perdamaian di Timur Tengah hanya berlaku saat dia kampanye, tidak berlaku lagi saat-saat dia menuju Gedung Putih?Diplomasi untuk Perdamaian Secara realistis, Obama tidak punya banyak pilihan. Politik luar negeri Amerika yang pro-Israel menjadi kebijakan yang hampir tidak dapat ditawar lagi.

Komitmen Amerika terhadap keamanan Israel dan kehidupan warganya menjadikan hubungan kedua negara itu semakin spesial, tak tergoyahkan dengan serangan sekejam apa pun yang dilakukan Israel atau Amerika terhadap dunia Islam.Rintisan perdamaian selama ini hanyalah retorika politik belaka, tidak pernah terwujud secara empiris. Jalur diplomasi yang dipilih bukanlah perundingan dan dialog, tetapi justru perang itu sendiri. Proses perdamaian menjadi miskin makna, untuk tidak menyebut tak bermakna karena sering terucapkan, tapi tak pernah terwujud. Buktinya, perang menjadi pilihan dan keharusan, dengan terus-menerus dikobarkan oleh Israel, tanpa peduli sedikit pun suara protes, kecaman, dan demonstrasi dari dunia luar. Yang dapat menghentikan resolusi perang bukanlah Dewan Keamanan PBB yang sudah terbukti gagal, tapi Israel sendiri. Itu pun dilakukan bukan karena desakan dunia internasional, tapi lebih didasarkan pada pertimbangan politik domestik.Ketika Obama dilantik sebagai presiden Amerika pada 20 Januari nanti, prospek perdamaian di Timur Tengah menjadi harapan semua orang. Ketika berpidato saat pelantikan, kita berharap terjadinya arah perubahan baru dalam kebijakan politik luar negeri Amerika di Timur Tengah.

Jika Obama punya kemauan politik dan berhasrat untuk memenuhi janji kampanye perubahan ke arah proses perdamaian di Timur Tengah, maka sejumlah opsi proposal dapat diambil dan ditindaklanjuti. Pertama, Obama dapat mengevaluasi politik luar negeri Amerika yang pro-Israel. Dia harus bisa meyakinkan publik Amerika dan dunia bahwa apa yang diberikan Amerika ke Israel selama ini sudah tak terhitung jumlahnya, tak terbatas nilainya, dan tak pernah memperoleh timbal balik yang setimpal dari Israel. Justru, akibat kebijakan politik pro-Israel, citra Amerika semakin buruk dan terpuruk di mata dunia.Kedua, jika Obama takut pada opsi pertama dan kemungkinan besar memang demikian adanya, maka dia dapat mengambil opsi yang lebih lunak, yakni dengan tetap memelihara komitmen pada Israel, tetapi memberhentikan bantuan rutin Amerika ke Israel sampai negara Zionis Yahudi itu berhenti perang. Bantuan rutin ke Israel itu dapat dialihkan untuk pemulihan kepentingan ekonomi domestik Amerika, yang memang sedang krisis dan depresi dahsyat.Argumen untuk pemulihan ekonomi domestik Amerika pasti sangat rasional dan nasionalistis ketimbang secara terus-menerus memberikan bantuan militer dan finansial ke Israel yang hanya dipakai untuk perang melawan kemanusiaan.

Jika krisis ekonomi Amerika semakin memburuk di tahun 2009 ini, jutaan warga Amerika semakin menganggur dan perusahaan-perusahaan semakin bangkrut, pemerintahan Obama pasti lebih pragmatis, dengan lebih mementingkan kepentingan ekonomi domestik Amerika ketimbang Israel. Dan, tampaknya, prioritas Obama bukanlah Israel atau Hamas, tetapi lebih terfokus pada usaha menciptakan lapangan kerja baru, stimulus paket ekonomi, asuransi kesehatan, dan perbaikan pendidikan.*.

Jeffrie Geovanie, wakil direktur Eksekutif Lembaga Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar

Selasa, 20 Januari 2009

Jalan Santai Spektakuler


Fajar menyingsing di Kota Malinau, ketika tim Damarpalibo bersama-sama rekan kerja lainnya di PT. Adindo Hutani Lestari bergerak dari mess menuju ke kantor. Tepat pukul 06.00 setelah tim berkumpul di kantor dengan semangat tinggi kami bersama-sama meluncur ke Alun-alun Kecamatan Malinau Kota. Pada hari itu, minggu 11 Januari 2009, digelar event Jalan Santai Spetakuler oleh Radar Tarakan Cabang Malinau dari Kaltim Post Group. Partisipasi dalam kegiatan ini adalah yang kedua kalinya bagi PT. Adindo Hutani Lestari, tahun yang lalu dengan dimotori oleh crew Damarpalibo dalam event yang sama terlibat dalam kegiatan JSS di Kota Tarakan.

Dengan berbekal 40 kupon seharga @ Rp. 5000 per peserta kami mengawali jalan santai spetakuler dengan bersama-sama melakukan senam jantung sehat yang dipimpin oleh instruktur dari panitia JSS. Pelaksanaan JSS sendiri berjalan dengan sangat sukses dan meriah dimulai dari Alun-alun Kecamatan Malinau Kota menuju Apotik Intimung berputar menyusuri pinggir sungai Malinau kembali ke Alun-alun Kecamatan Malinau Kota dengan kondisi jalan yang bervariasi mulai dari yang halus mulus hingga jalan bergelombang penuh kubangan. Sampai di finish kami semua merasa haus untungnya panitia menyediakan air minum kemasan meskipun tidak tersedia snack, para peserta terlihat cukup puas

Sambil menunggu pengumuman pemenang doorprize dari panitia, kami disuguhi lagu-lagu yang mengalun dari vokalis setempat, sederet lagu merdu ST12 meluncur nyaring dari vokalis, ditengah-tengah pengumuman doorprize dillakukan kuis oleh Polres Kabupaten Malinau berhadiah pembuatan SIM C gratis kepada 10 pemenang. Pas sampai pengumumuan undian mulai dari hadiah yang paling kecil berupa jam dinding, setrika yang harganya murah meriah hingga hadiah utama berupa motor Yamaha Mio tidak satupun kupon dari kami sesuai dengan nomor kupon yang diumumkan oleh panitia. Meskipun kami pulang dengan tidak membawa hadiah kami tetap merasa gembira karena dengan keterlibatan di JSS tali silaturahim kepada stakeholder di Malinau utamanya Media Radar Tarakan sebagai media lokal di Utara Propinsi Kalimantan Timur tetap terjalin dengan baik, kami semua merasa mendapatkan moment refreshing yang sesuai setelah seminggu bekerja dan menjadi segar pada saat kembali bekerja di hari senin.

Sabtu, 17 Januari 2009

Berlibur ke Yogya

Dua minggu menjelang tutup tahun 2008 dipenuhi dengan hari libur yang berkaitan dengan hari besar keagamaan, antara lain libur Natal pada hari Kamis, libur Tahun Baru Islam (Hijriah) yang jatuh pada hari senin dan libur Tahun baru Masehi. Hari lbur yang berurutan diluar hari minggu merupakan moment yang tepat untuk mengambil waktu (day-off) pulang ke keluarga.

Berkumpul dengan keluarga merupakan kesempatan yang tidak akan disia-siakan setelah penat bekerja hampir 3 bulan di lokasi kerja yang cukup jauh yakni di bagian Utara Propinsi Kalimantan Timur. Sungguh day-off kali ini benar-benar mengesankan betapa tidak, pada saat yang bersamaan sekolah anak-anaku sedang libur semesteran selama dua minggu

Yogya adalah tujuan berlibur kami yang sudah dirancang sejak Idul Fitri di bulan Oktober, pada saat yang bersamaan Om dari keluarga istri sedang punya gawe menikahkan anaknya yang pertama. Yogya adalah kota kedua setelah Surabaya yang tidak akan pernah terlupakan mengingat pada tahun 1992 hingga 1993 saat masih lajang sempat tinggal diseputaran Bulak Sumur, Gejayan, Kaliurang km 6, Sawit Sari dan Condong Catur. Pada saat itulah cinta mulai bersemi di Yogyakarta dan atas kehendak Allah SWT berlanjut hingga menjadi pendamping hidup

Perjalanan menuju Yogya dari Jakarta yang biasanya ditempuh dalam waktu 12 jam molor menjadi 17 jam, maklum saja perjalanan dilakukan pada hari libur Natal jadi selayaknya liburan Idul Fitri hampir semua orang melakukan prosesi mudik akibatnya jalan menjadi penuh dengan kendaraan pribadi baik roda empat maupun roda dua. Baru kali ini liburan Natal sebagian orang menggunakannya untuk pulang kampung.

Jalur yang kami lalui melewati Pantura hingga Brebes belok ke arah Selatan menuju Bumi Ayu kemudian tembus ke Banyumas. Kami sampai di Bumi Ayu sudah menjelang maghrib, dalam perjalanan tersebut kami disuguhkan dengan pemandangan alam yang cukup bagus, sinar mentari sore hari menembus diantara kebun bawang masyarakat dan terlihat siluet bukit-bukit disebelah Barat yang sesekali masih dipenuhi belukar dan pepohonan menyisakan pemandangan yang menajubkan. Suara burung, serangga dan gemericik air sungai yang sejajar dengan jalan menuju Bumi Ayu adalah sesuatu yang jarang bisa dirasakan di Jakarta. Meskipun perjalanan ditempuh dalam waktu 17 jam, rasa penat tersebut hilang dengan pemandangan alam yang disuguhkan dijalan berkelok menuju Yogya.

Di Yogya selain mengunjungi pernikahan anak pertama Om, kami menelusuri jalan Malioboro yang terkenal itu hingga kami sempat berkunjung ke Taman Pintar yang terletak di depan Bank Indonesia dan bersebelahan dengan Gerai Buku Shoping, cukup lama kami berada disana untuk melihat-lihat gerai pengetahuan yang ditata begitu apiknya. Taman Pintar merupakan lokasi untuk wisata pendidikan, bisa memberikan wawasan bagi anak-anak terkait proses Fisika, Kimia dan Biologi. Tidak lupa kami mampir ke jalan Mataram yang terkenal dengan pusat oleh-oleh khas Yogya seperti yangko, bakpia, amplang

Kunjungan di Yogya selain ke Kaliurang, kami juga menyempatkan untuk anjang sana dengan famili dari pihak Istri yang sudah lama tinggal di Yogya. Wilayah Condong catur hingga Mino Martani adalah lokasi dimana banyak berkumpul famili dari keluarga besar Kudus kebanyakan berprofesi sebagai dosen tehnik dan dosen kedokteran di UGM, sedangkan keluarga dari pihak saya (tante, adik dari ibu) tinggal di Jalan Sangaji sudah pensiun dari staff BUMN Kimia Farma sedangkan Om pensiun dari AL dan sempat menjadi anggota DPRD Kab. Pati

Yogya sudah banyak berubah, perumahan tumbuh demikian pesat mengikuti perkembangan tumbuhnya lembaga pendidikan yang tumbuh subur di Yogyakarta, jalan Kaliurang yang pada tahun 1992 masih lenggang saat ini (2008) sering macet meskipun sudah disediakan ring-road yang menghubungkan wilayah Yogya bagian Utara-Barat-timr-Selatan tetap saja tidak mampu mengimbangi laju pertumbuhan kendaraan.

Sepulang dari Yogya masih menyempatkan diri untuk pergi ke Kudus sebelum akhirnya kembali ke Jakarta. Ardian (anak pertama) dan Via (anak kedua) sangat menikmati liburan selama di Yogyakarta dan alhamdulillah kita semua masih diberikan kesehatan sehingga sampai di Jakarta, kami dalam keadaan sehat.

Selasa, 13 Januari 2009

Ketika Aku Masih Kecil

Surabaya adalah kota yang tidak akan pernah aku lupakan, 18 tahun aku tumbuh dan berkembang dikota ini sejak kelahiranku hingga selesainya masa sekolah di SMA Negeri 6 .

Perkembangan kota ini sedemikian pesatnya, betapa tidak dikala aku mulai masuk sekolah dasar setamat bangku taman kanak-kanak di TK Purbowo. Aku bersama dengan kakak perempuanku (Kelas 3 SD) yang kebetulan satu sekolah dasar di SD Negeri Simpang Surabaya masih bisa merasakan naik becak dari rumahku (saat itu) di Kalibutuh melewati Jl. Tidar terus ke Jl. Embong Malang yang masih bisa dilalui kendaraan dari dua arah (Saat ini Jl. Embong Malang sudah sangat lebar dan hanya satu arah dengan gedung-gedung tinggi disebelah kanan dan kiri jalan).

Ketika aku mulai menginjak kelas 3 SD dan adik perempuanku mulai masuk kelas 1 SD di sekolah yang sama, jalur di Jl. Embong Malang berubah menjadi satu arah (dari arah Tunjungan menuju perempatan Kedung doro-Tidar) sehingga kebiasaan menggunakan jasa abang becak berubah menggunakan bemo Lyn E jurusan Sawahan ke Karangmenjangan. Angkutan roda tiga bermotor buatan Daihatsu ini dipilih mengingat jalurnya yang melalui rumah dan sekolahku.

Disaat itu mulailah ada pelebaran jalan dan perubahan arah kendaraan hampir disemua tempat di Surabaya, mulailah tumbuh departemen store, saat itu yang terkenal pada era 80'an adalah Toko Enam dipojok jalan Embong Malang berhadapan dengan Pasar Tunjungan, Toko Metro berhadapan dengan Toko Enam dari arah jalan Tunjungan dan Toko Siola dekat persimpangan jalan Praban dengan jalan Tunjungan, belum ada bangunan besar yang disebut dengan Plaza atau Mall seperti Plaza Surabaya dan Tunjungan Plaza, setahu saya Surabaya Plaza pada era '80-an masih berupa bangunan Rumah Sakit DR Soetomo sedangkan Tunjungan Plaza masih terdiri dari rumah-rumah penduduk dan baru dibangun saat aku duduk di kelas 3 SMA (1985). Penginapan yang terkenal saat itu adalah Hotel Mirama yang disusul dengan keberadaan Hotel Garden dan Hotel Simpang Natour. Media Jawa Pos dan Surabaya Post sudah mulai terbit dan berkembang, tugu bambu runcing yang berada diseputaran kantor Surabaya post belum terbangun

Masa kecilku tidak hanya dihabiskan dengan kegiatan sekolah akan tetapi juga difasilitasi oleh orangtuaku untuk mengikuti kegiatan lainnya seperti melukis, alhamdulillah meskipun dengan peralatan yang sederhana sempat ikut lomba dan mendapatkan kategori juara harapan satu melukis dalam lomba lukis antar SD di Surabaya, selain ikut melukis juga sempat kursus Bina Musika bahkan sempat mengisi acara perpisahan kakak kelas 6 SD. Orangtuaku juga mendorong putra-putrinya agar sering membaca, hampir setiap bulan pada hari libur pasti mampir ke toko buku di Siola. Salah satu buku favoritku adalah kumpulan cerita dari berbagai negara yang ditulis dan dituangkan dalam buku Cergam Ternama.

Hari Raya Idul Fitri adalah liburan yang paling ditunggu. Seperti kebiasaan masyarakat Indonesia saat ini yang melakukan prosesi mudik, aku sudah melakukannya sejak duduk di bangku sekolah Taman kanak-kanak. Orangtuaku biasanya mengajak mudik ke tempat Kakek di lereng Gunung Lawu. Kakek adalah sosok kyai yang juga seorang lurah yang ketika itu cukup disegani di kawasan Plaosan Magetan seperti yang kita tahu bahwa jabatan lurah di era '80-an didapatkan secara turun temurun terutama didaerah yang disebut sebagai Tanah Perdikan seperi di Desa Pacalan, Plaosan, Magetan.

Perjalanan dari Surabaya menuju ke Lereng Lawu pada saat itu aku anggap sebagai perjalanan paling jauh sebelum akhirnya aku merasakan perjalanan yang lebih jauh lagi saat aku diajak orang tuaku mendampingi studi tour murid-murid kelas 6 SD (kakak kelas) menuju Jakarta.

Memasuki kelas 6 SD, aku berkeinginan untuk mengikuti jejak kakakku yang terlebih dahulu masuk ke SMP Negeri III Praban. Alhamdulillah dengan kemauan yang keras aku bisa mengikuti jejak kakakku tersebut. Ada perbedaan ujian seleksi sekolah dulu dengan sekarang, kalau dulu tidak mengandalkan nilai Ujian Nasional akan tetapi harus lulus Evaluasi Belajar Tahun Ajaran (EBTA) dan harus lulus ujian masuk sekolah yang dituju.

Senin, 12 Januari 2009

Pelatihan Dokter Kecil

Upaya meningkatkan Kesehatan Masyarakat Melalui Murid Sekolah Dasar

Pola hidup masyarakat yang kurang bersih dan tidak memperhatikan kaedah kesehatan menyebabkan lingkungan sekitar menjadi kotor dan kumuh, dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat tersebut berpotensi menyebabkan berbagai penyakit seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), Penyakit kulit dan diare dapat menjangkiti manusia dengan mudah. Gambaran kondisi kesehatan tersebut masih dapat ditemui di beberapa desa yang berada di dalam wilayah konsesi PT. Adindo Hutani Lestari, salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat.
Untuk mengatasi persoalan tersebut harus dilakukan berbagai pendekatan di bidang kesehatan secara komprehensif, salah satu yang bisa dilakukan oleh program Damarpalibo adalah mencoba menjalankan program kesehatan bekerjasama dengan Dinas kesehatan dan dinas pendidikan setempat dalam bentuk pelatihan dokter kecil. Pelatihan dokter kecil secara langsung ditujukan kepada siswa-siswi sekolah dasar dengan didampingi oleh guru bidang UKS, diharapkan adanya pelatihan dokter kecil melalui siswa-siswi sekolah dasar dapat berimbas hingga ke orang tua mereka.

Pelaksana pelatihan dokter kecil yakni Staff Comdev di Estate (Sesayap dan Sebakis) dan Staff Comdev Head Office sebagai supporting team bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Puskesmas setempat sebagai fasilitator kegiatan antara lain Puskesmas Tidung Pala dan Puskesmas Sesayap Hilir di Kabupaten Tana Tidung, Puskesmas Sekatak di Kabupaten Bulungan dan Puskesmas Sanur di Sebuku Kabupaten Nunukan.

Adapun tujuan pelatihan dokter kecil adalah (1.) Membangun citra/image yang baik bagi PT. Adindo Hutani Lestari, (2.) Secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat khususnya anak-anak sekolah, (3.) Memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan yang mencakup memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk melaksanakan prinsip hidup bersih dan sehat. Sedangkan ouput pelatihan ini adalah (1.) Terimplementasikannya pola hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan sekolah dan masyarakat desa secara luas, (2.) Adanya kontribusi peserta pelatihan dalam berpartisipasi aktif terkait usaha peningkatan kesehatan diri sendiri dan masyarakat di sekitarnya.

Peserta pelatihan dokter kecil dipilih oleh guru pendamping di masing-masing sekolah, menurut info dari guru pendamping bahwa pemilihan siswa-siswi dalam pelatihan ini dikaitkan dengan pengembangan kegiatan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) disekolah masing-masing dan didasarkan kepada jenjang kelas yang dianggap mempunyai kemampuan menerima bahan pelatihan dan tidak sedang disibukan untuk persiapan ujian nasional, oleh karena itu siswa-siswi kelas IV dan V berprestasi terpilih menjadi peserta pelatihan.

Berbagai materi disampaikan oleh fasilitator dari puskesmas, antara lain :
1. Puskesmas Tidung Pala dan Sesayap Hilir menyampaikan materi tentang : (a.) Penanganan diare, disentri, amubiosis, (b.) Praktek penanganan pingsan, (c.) Pengenalan malaria dan demam berdarah, (d.) Penanganan luka kecil dan patah tulang, (e.) Simulasi penanganan luka kecil dan patah tulang.
2. Puskesmas Sanur menyampaikan materi tentang : (a.) Penanganan pingsan, (b.) Pengenalan penyakit dan penangannya, (c.) Penanganan luka kecil, (d.) Simulasi penanganan luka kecil.
3. Puskesmas Sekatak menyampaikan materi tentang (a.) Kesehatan sekolah dan sanitasi lingkungan, (b.) Pengetahuan tentang gizi, kesehatan ibu dan anak (c.) Imunisasi anak, (d.) Pengenalan penyakit-penyakit (Malaria, Diare, Demam berdarah), (e.) Simulasi dan penanganan pingsan maupun luka kecil.


Pada dasarnya materi yang disampaikan dalam pelatihan dokter kecil dapat dimengerti oleh para peserta, mereka menyampaikan bahwa kegiatan pelatihan dokter kecil belum pernah diadakan pihak puskesmas dan dinas kesehatan di Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten Bulungan dan baru kali ini diadakan. Pihak puskesmas berharap bahwa pelatihan seperti ini bisa berkelanjutan dengan memberikan materi lanjutan bagi siswa-siswi yang sudah pernah mengikuti pelatihan dasar untuk memperdalam pemahaman dari Usaha Kesehatan Sekolah, sedangkan pihak Dinas Kesehatan berharap dengan adanya pelatihan ini siswa-siswi sekolah dasar mulai sadar dan lebih memahami arti penting kesehatan mulai dari usia dini di bangku sekolah karena mereka merupakan sumber daya manusia di masa mendatang.

Bertepatan dengan akhir dari pelatihan, PT. Adindo Hutani Lestari memberikan bantuan berupa perlengkapan dan material kebutuhan P3K berupa obat-obatan yang menjadi standar kotak P3K beserta kotak P3K. Diharapkan dari hasil pelatihan tersebut murid yang menjadi kader dokter kecil dapat mempraktekkan di sekolah masing-masing, termotivasi melakukan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah di sekolahnya, dan mengimplementasikan pola hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan sekolah dan masyarakat desa.